Jumat, 18 Februari 2011
Jumat, 19 November 2010
Melewatkan Sarapan
Kedengarannya agak menakutkan, tapi anestesi dibuat seaman mungkin dengan perhitungan yang teliti dari dosis yang diperlukan dan pemantauan rajin oleh profesional medis. Dan tidak semua jenis anestesi diciptakan sama.
Ketika Anda memikirkan anestesi, kemungkinan Anda tentang apa yang disebut anestesi umum, yang ketika Anda benar-benar sadar selama prosedur medis seperti operasi besar. Tetapi ada beberapa jenis, dan tidak semua dari mereka meninggalkan Anda menyadari dunia. anestesi lokal, misalnya, dapat mempengaruhi hanya patch kecil dari kulit. Jenis yang Anda terima tergantung pada sejumlah faktor, termasuk jenis prosedur medis yang Anda butuhkan dan apa riwayat medis Anda terlihat seperti. Ada juga dapat beberapa tumpang tindih antara berbagai jenis anestesi, dan sering, lebih dari satu obat yang diperlukan untuk menghasilkan semua efek yang diinginkan.
Pada artikel ini, kita akan melihat berbagai jenis anestesi sehingga Anda dapat memahami apa itu, cara kerjanya dan apa resiko yang terlibat. Kami juga akan belajar tentang kesadaran anestesi dan berbicara tentang sejarah anestesi (dan apa hubungannya dengan kokain). Mari kita mulai dengan melihat sedasi prosedural, juga dikenal sebagai "tidur senja."
Rabu, 17 November 2010
Selamatkan Macan Tutul Merapi (bagian 1)
Selamatkan Macan Tutul Merapi (bagian 1)
Habitat satwa liar di Gunung Merapi sudah rusak. Semua satwa sudah melarikan diri sebelum ‘rumah’ mereka rusak akibat letusan gunung ini. Para satwa memiliki insting yang tajam untuk menyelamatkan diri dari bahaya.
Kera ekor panjang, lutung jawa, rusa, merak, sampai yang terakhir adalah macan tutul turun gunung mendekati pemukiman warga. Warga sekitar Gunung Merapi Percaya bahwa jika macan tutul telah turun gunung maka letusan gunung pamungkas akan segera terjadi. Ini tepat! Setelah ada isu macan tutul turun gunung, letusan besar gunung Merapi terjadi pertama kali.
Sebagian satwa berkeliaran di ladang-ladang penduduk, dan sembunyi di pekarangan belakang pemukiman penduduk yang masih rimbun. Masih ada yang berkeliaran di Tlogo Putri Kaliurang yaitu kera ekor panjang misalnya, dan jaringan Relawan Satwa memberi pakan pada kera ekor panjang tersebut.
Tapi yang paling meresahkan Relawan Satwa adalah pemberitaan di media massa tentang rencana penangkapan macan tutul dari Gunung Merapi. Penangkapan akan dilakukan oleh Kebun Binatang Gembira Loka. Alasan penangkapan adalah kehadiran macan tutul meresahkan masyarakat.
Relawan Satwa memilih untuk melakukan RELOKASI, bukan penangkapan dan kemudian ditaruh di kebun binatang. Relokasi dilakukan dari habitat Gunung Merapi ke Gunung Merbabu.
Berdasarkan konsultasi Relawan Satwa, Taman Nasional Gunung Merbabu siap dan mampu menampung macan tutul sehingga macan tutul bisa hidup layak di tempat baru ini.
Selain itu, migrasi besar-besaran satwa dari lereng Gunung Merapi bagian utara ke Gunung Merbabu telah terjadi. Informasi ini kami dapat dari kesaksian penduduk yang melihat kera-kera menyebrang jalan di daerah Selo menuju Gunung Merbabu. Penduduk lainnya juga menyebut pernah melihat macan tutul dari lereng utara Gunung Merapi pindah ke Gunung Merbabu. Macan tutul ini terluka bakar di kaki bagian belakangnya.
Relawan Satwa dan jaringannya menawarkan relokasi untuk macan tutul, bukan pengandangan di kebun binatang.
Sabtu, 13 November 2010
Minta Bantuan, Birokrasi Berbelit-Belit
JALIN MERAPI (Klaten, 12/11/2010) – Ketika ketersediaan barang bantuan di posko pengungsian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan DPRD Klaten berlebih, sejumlah lokasi pengungsian yang tersebar di 25 kecamatan di Kabupaten Klaten, terutama yang bertempat di rumah-rumah warga justru kekurangan bantuan.
Posko pengungsian di Komplek Pemkab dan DPRD selama ini memang menjadi titik yang paling sering kedatangan bantuan. Di samping lokasinya strategis, posko ini telah ditetapkan oleh Pemkab Klaten sebagai Posko Pusat yang langsung dipimpin oleh Bupati Klaten. Oleh karena itu, bantuan yang datang sangat banyak, bahkan beberapa di antaranya berlebih, seperti air mineral dan baju layak pakai yang menumpuk di gudang.
Memang sejak Sabtu (6/11/2010) lalu, berdasarkan hasil rapat bersama para Camat, pengungsi yang tinggal di desa-desa yang tersebar di beberapa kecamatan sudah dilimpahkan menjadi tanggungjawab pemerintah tingkat desa dan kecamatan. Hal ini semakin dipertegas dengan keluarnya surat edaran Bupati Klaten Nomor 361/485/02 tanggal 8 November lalu perihal Penertiban Distribusi Bantuan Logistik yang mensyaratkan bahwa dalam setiap permohonan bantuan dari berbagai lokasi pengungsian kepada Posko Pusat harus melalui izin dari kepala desa dan kecamatan, baru kemudian bantuan bisa turun.
Pemkab Klaten menilai bahwa prosedur yang ditetapkannya itu diperlukan guna mencegah adanya manipulasi dari oknum yang tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan bantuan dengan semaunya sendiri. “Kalau bantuannya dimanfaatkan orang yang tak bertanggungjawab, kasihan orang lain yang sangat membutuhkan,” ungkap Suwardi, Kabag Kesra Pemkab Klaten.
Sementara itu, sebagian relawan dan pengungsi yang mengetahui dan pernah menjalankan prosedur ini mengungkapkan bahwa birokrasi seperti ini terlalu rumit dan bertele-tele sehingga kurang efisien. “Kalau harus mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Pemkab, keburu kelaparan duluan nih para pengungsinya,” ungkap salah seorang relawan. Bahkan, sejumlah relawan ada yang sempat ‘mencegat’ barang bantuan yang menuju posko pusat karena jengah dengan prosedur birokrasi. Padahal, lokasi pengungsian di daerahnya sangat membutuhkan bantuan.
Menyikapi kondisi birokrasi penyaluran bantuan yang dinilai sejumlah pihak terlalu bertele-tele, Kukuh Riyadi, Camat Kecamatan Kebonarum, Klaten menyatakan bahwa pendataan pengungsi dari pemerintah desa dinilainya terlalu lambat, dan akibatnya menyulitkan distribusi bantuan. “Saya sudah instruksikan pada Kepala Desa untuk segera melakukan pendataan, namun masih lambat. Belum lagi armada untuk mengangkut barang yang belum tentu ada,” ungkap Kukuh.
Sementara, Direktur COMBINE Resource Institution, A Nasir, menyatakan bahwa sebenarnya tidak perlu ada birokrasi yang berbelit-bleit. “Yang penting adalah pendataan dengan cepat dan akurat. Kita juga bisa memanfaatkan SMS untuk menyikapi jumlah pengungsi yang bisa berubah sewaktu-waktu,” ungkap direktur salah satu lembaga nonprofit yang turut serta dalam upaya tanggap bencana ini.
Di samping itu, prosedur distribusi bantuan juga tidak boleh dibuat terlalu rumit karena pada kondisi krisis dalam keadaan bencana distribusi bantuan harus cepat dan efektif mengingat terkait kebutuhan yang harus segera dipenuhi. “Prosedur distibusi bantuan yang berbelit-belit menunjukkan cara berfikir yang tidak punya sense of crisis. Di tengah kondisi bencana saat ini, cara seperti ini (yang birokratis dan berbelit-belit) tak layak untuk dijalankan,” tutur Nasir.
Noveri Faikar Urfan, Mimin Ambarwati
Laporan ini merupakan kerjasama antara Jalin Merapi, Program Peduli Merapi Radio Republik Indonesia, dan Program Studi Ilmu Komunikasi UII
Pengungsian Nyaman Ala GOR UNY
Hanya sedikit posko pengungsian yang serius mengupayakan kenyamanan bagi pengungsi, salah satunya adalah posko pengungsian di GOR UNY. Posko ini mencoba mewujudkan kenyamanan untuk pengungsi yang berasal dari beberapa desa di lereng Merapi. Berawal dari inisiatif beberapa mahasiswa yang tergugah ingin membantu sesama, posko ini dibentuk. Awalnya, belum ada koordinasi antara mahasiswa yang satu dengan yang lain.
Mengelola Tenaga Relawan
Ketika GOR UNY dipilih sebagai alternatif lokasi pengungsian, banyak mahasiswa yang bergabung menjadi relawan. Jika ditotal jumlahnya mencapai empat ratus mahasiswa. Pengelolaan tenaga relawan dibutuhkan di saat seperti ini, maka dilakukan pembagian kerja berdasarkan keahlian masing-masing.
Untuk melancarkan kegiatan kerelawanan, dibentuklah sepuluh divisi yang akan menangani permasalahan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah koordinator umum, koordinator logistik, koordinator kesehatan, koordinator kebersihan, koordinator pendidikan, koordinator pendampingan, koordinator keamanan, koordinator perlengkapan, koordinator dapur umum, dan koordinator informasi.
Selain berdasarkan bidang kerja, pembagian juga dilakukan berdasarkan waktu kerja. Misalnya jadwal pagi dari pukul 07.00 – 17.00 WIB dan jadwal sore dari pukul 17.00 – 07.00 WIB. Namun, tidak ada jadwal ketat yang mengatur relawan harus berada pada shift pagi atau sore. Pengaturan shift ini bisa dilakukan dengan mudah karena sebagian besar relawan adalah mahasiswa UNY. Memang, ada bantuan relawan dari pihak luar UNY, namun jumlahnya hanya beberapa orang saja. Misalnya, dua orang dari militer untuk keamanan dan beberapa orang dari PMI untuk kesehatan.
Mengelola Kebersihan Posko
Kebersihan yang menjadi faktor utama kenyamanan, diatur divisi kebersihan. Divisi ini membagi diri menjadi empat divisi kecil yaitu; kebersihan kamar mandi, kebersihan sampah dalam, kebersihan sampah luar, serta tambahan baru yakni divisi pencucian pakaian, layaknya fasilitas laundry.
Banyaknya pengungsi yang berjumlah lebih kurang 1250 orang tidak membuat aktivitas kebersihan posko terganggu. GOR UNY memiliki sembilan ruang MCK yang berisi 18 WC dan 24 shower. Lalu, ada pula pembagian jadwal penggunaan kamar mandi, seperti pembagian jam untuk anak-anak, wanita dan pria. Setiap hari, ruang MCK selalu dibersihkan, minimal tiga kali, yaitu pagi, siang dan sore. Terdapat relawan yang bertugas membersihkan ruang MCK secara bergiliran. Selain pada waktu-waktu reguler tersebut, ruang MCK ini juga segera dibersihkan ketika sudah terlihat kotor.
Mengelola Kegiatan Posko
Bermacam kegiatan juga dilakukan demi mengurangi kejenuhan pengungsi yang hampir satu minggu berada di pengungsian. Bangunan yang luas dimanfaatkan untuk kelas-kelas pembelajaran anak. Anak-anak dikumpulkan berdasar usia lalu diberikan pelajaran sesuai apa yang telah didapatkan di sekolah.
Untuk pengungsi usia remaja dan dewasa, ada kegiatan yang lebih tepat. Para remaja putri dan ibu-ibu diajak untuk belajar memasak dan membuat kue. Sedangkan para pemuda dan bapak-bapak diberikan pembelajaran tentang otomotif dan elektronik.
Selain itu, terdapat juga pendamping untuk masing-masing kavling pengungsi, yang bertugas memberitahukan atau membimbing pengungsi yang bingung dengan lokasi di GOR UNY. Kegiatan tidak hanya diisi oleh relawan UNY, namun terkadang ada relawan dari universitas lain yang juga mengisi kegiatan, misalnya simulasi erupsi gunung Merapi dari mahasiswa UGM.
Kegiatan trauma healing juga dilakukan untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan kekhawatiran pengungsi. Untuk kegiatan ini, sebagian besar relawan berasal dari mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling. Namun mereka tidak diperkenankan untuk memberikan solusi, hanya sebagai tempat berkeluh kesah pengungsi. “Ya kayak gini, hanya sebagai tempat sampah abadi bagi pengungsi”, ungkap Dian, mahasiswi angkatan 2010 yang juga seorang relawan.
Mengelola Dapur Umum
Kegiatan dapur umum dibantu warga dari Samirono dan Notoprajan. Bantuan tersebut berupa tenaga untuk memasak dari pagi hingga sore hari. Untuk konsumsi pengungsi, dapur umum membutuhkan 530 kg beras perhari untuk kebutuhan lebih kurang 1600 orang pengungsi dan relawan.
Berbeda dengan divisi lain, tim di divisi ini adalah orang-orang yang saling mengenal dan solid. Simon, ketua dapur umum menjelaskan bahwa divisi dapur umum memang harus terdiri dari orang-orang yang saling mengenal. Pekerjaan di dapur umum membutuhkan koordinasi yang tinggi, bukan hanya dengan para relawan dari universitas, tapi juga dengan warga luar.
Pemberdayaan Pengungsi?
Pengelola posko pengungsian GOR UNY telah berhasil mewujudkan kenyamanan bagi pengungsi yang tinggal di posko mereka. Segalanya terlayani, bahkan untuk mencuci pakaian pun ada layanan laundry gratis untuk pengungsi dan relawan. Namun, yang perlu dipikirkan lebih jauh adalah pemberdayaan pengungsi, karena sebenarnya para pengungsi secara fisik sehat dan mampu beraktivitas sebagaimana biasanya.
Barangkali, akan lebih tepat jika pengungsi dilibatkan dalam berbagai kegiatan di posko, misalnya saja dalam aktivitas bersih-bersih kamar mandi, dapur umum, laundry, ataupun pembejalaran. Ibu-ibu pengungsi tentu saja bisa membantu di dapur umum. Anak-anak, dengan pendekatan edukatif dan rekreatif, sesekali bisa diajak untuk bersih-bersih posko. Sangat mungkin, diantara para pengungsi ada yang memiliki ketrampilan tertentu yang bisa diajarkan pada pengungsi lainnya. Setuju?
Anggi Septa Septa Sebastian & Erny Mardhani
Laporan ini merupakan kerjasama antara Jalin Merapi, Program Peduli Merapi Radio Republik Indonesia, dan Program Studi Ilmu Komunikasi UII
Jumat, 12 November 2010
Misteri Gunung Merapi
GUNUNG Merapi dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus. Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh makhluk- makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.
Penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai kepercayaan tentang adanya tempat-tempat angker atau sakral. Tempat angker tersebut dipercayai sebagai tempat-tempat yang telah dijaga oleh mahkluk halus, dimana itu tidak dapat diganggu dan tempat tersebut mempunyai kekuatan gaib yang harus dihormati. Penduduk pantang untuk melakukan kegiatan seperti menebang pohon, merumput dan mengambil ataupun memindahkan benda-benda yang ada di daerah tersebut. Selain pantangan tersebut ada juga pantangan untuk tidak berbicara kotor, kencing atau buang air besar, karena akan mengakibatkan rasa tersinggung makhluk halus yang mendiami daerah itu.
Tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton makhluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah” yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker. “Pasar Bubrah” tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluk halus.
Bagian dari keraton makhluk halus Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Keraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh makhluk halus yaitu “Nyai Gadung Melati” yang bertugas melindungi linkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.
Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Keraton Merapi ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang penduduk dan itu harus dihormati.
Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air, petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Beberapa hutan yang dianggap angker yaitu “Hutan Patuk Alap-alap” dimana tempat tersebut digunakan untuk tempat penggembalaan ternak milik Keraton Merapi, “Hutan Gamelan dan Bingungan” serta “Hutan Pijen dadn Blumbang”. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.
Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih yang tinggal di hutan Blumbang, pantang ditangkap atau dibunuh. Selanjautnya kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan di antara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah dianggap/dipakai oleh rakyat Keraton Makhluk Halus Merapi sebagai binatang tunggangan dan penarik kereta.
Di puncak Merapi ada sebuah Keraton yang mirip dengan keraton Mataram, sehingga di sini ada organisasi sendiri yang mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton Merapi itu menurut kepercayaan masyarakat setempat diperintah oleh kakak beradik yaitu Empu Rama dan Empu Permadi.
Seperti halnya pemerintahan sebagai sebagai Kepala Negara (Empu Rama dan Empu Permadi) melimpahkan kekuasaannya kepada Kyai Sapu Jagad yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi. Berikutnya ada juga Nyai Gadung Melati, tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi. Ada Kartadimeja yang bertugas memelihara ternak keraton dan sebagai komando pasukan makhluk halus. Ia merupakan tokoh yang paling terkenal dan disukai penduduk karena acapkali memberi tahu kapan Merapi akan meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri. Tokoh berikutnya Kyai Petruk yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.
Begitu besarnya jasa-jasa yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh penghuni Gunung Merapi, maka sebagai wujud kecintaan mereka dan terima kasih terhadap Gunung Merapi masyarakat di sekitar Gunung Merapi memberikan suatu upeti yaitu dalam bentuk upacara-upacara ritual keagamaan. Sudah menjadi tradisi keagamaan orang Jawa yaitu dengan mengadakan selamatan atau wilujengan, dengan melakukan upacara keagamaan dan tindakan keramat.
Upacara Selamatan Labuhan diadakan secara rutin setiap tahun pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni tanggal 30 Rajab. Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo. Di sinilah tinggal sosok Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang sering bertugas sebagai pemimpin upacara labuhan. Gunung Merapi dan Mbah Marijan adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Keberadaan lelaki tua Mbah Marijan dan kawan-kawannya itulah manusia lebih, mau membuka mata dan telinga batinnya untuk melihat apa yang tidak kasad mata di sekitar Gunung Merapi.
Di Selo setiap tahun baru Jawa 1 Suro diadakan upacara Sedekah Gunung, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejahtera, dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau di puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.
Sumber : harian pos metro balikpapan