Minggu, 13 Maret 2011

SEBUAH RAHASIA UNTUK SANG SUAMI

Dia seorang mujahidah yang mulia, mempunyai pemikiran dan pendapat yang jitu. Dia masuk islam berasama pendahulu yang pertama masuk islam dan berbaiat kepada Rasullulah Saw. Keislaman nya itu membuat suaminya, malik Bin An-Nudhair menjadi berang. Pada saat itu anaknya, Annas masih kecil dan masih di susui.

Dia berkata "La Illaha Illallah". Ucapkanlah, Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasulullah."

Itulah ucapan yang pertama yang ia katakan kepada anak nya yang masih kecil. Kejadian ini membuat marah suaminya, yang langsung berkata, "janganlah kau rusak anakku."

Urusan Ummu sulaim ini membuatnya putus asa. Maka dia meninggalkan nya dan pergi ke syam, kemudian dia terbunuh di sana. Ketika mendengar kabar kematian suaminya, Ummu sulaim berkata, "aku tidak akan menyapih annas hingga dia sendiri yang meninggalkan payudaraku, dan aku tidak kawin lagi sehingga dia bisa duduk di berbagai majelis."

Ketika annas menjadi remaja, Abu talhah Bin Zaib bin Sahl melamarnya. Ketika Abu Thalhah datang meminang, Ummu Sulaim berkata, “Demi Allah tak ada satu pun alasan yang bisa membuatku menolak lamaranmu itu. Namun, sangat disayangkan sekali, engkau adalah seorang kafir, sedang aku adalah seorang muslim. Oleh karena itu, aku tak mungkin menikah denganmu. Seandainya engkau bersedia masuk Islam, itu akan aku anggap sebagai mas kawinku, dan aku tak akan meminta selain dari itu”.

Rupanya pernyataan Ummu Sulaim sangat menyentuh perasaan Abu Thalhah sehingga membuatnya yakin bahwa wanita ini tidak mengincar kemewahan dunia sedikit pun. Abu Thalhah pun berucap berulang-ulang, “Aku berada di atas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang hak kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”. Mendengar hal tersebut, Ummu Sulaim pun bersedia menikah dengan Abu Thalhah.

Mereka kemudian hidup dengan nilai-nilai Islam sebagai pasangan suami istri. Tak lama, Allah memberikan mereka anugerah, seorang anak laki-laki yang menjadi penyejuk kehidupan bagi mereka berdua, namanya Abu Umair. Allah berkehendak untuk menguji keduanya, anak yang sangat mereka cintai jatuh sakit. Ketika Abu Thalhah keluar dari masjid, bersamaan itu pula Abu Umair meninggal. Sudah jadi kebiasaan Abu Thalhah apabila kembali ke rumah, setelah mengucap salam kemudian bertanya keadaan anaknya.

Ummu Sulaim yang menemani sang anak, kemudian membaringkan di tempat tidur sembari mengulang, “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun”. Setelah itu, Ibu yang telah ridho dengan kepergian anaknya berpesan kepada anggota keluarganya, “janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalhah hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya.”

Ketika Abu Thalhah sampai dirumah, ia bersiap sebagai seorang istri dan mengusap air matanya. Abu Thalhah bertanya, “Bagaimana keadaan anakku?”. Beliau menjawab, “dia dalam keadaan tenang.”. Abu Thalhah mengira anaknya dalam keadaan sehat dan gembira, tapi tidak mau mendekat karena khawatir akan mengganggu ketenangannya.

Sementara Ummu Sulaim mempersiapkan makan malam bagi suaminya, bersolek lebih cantik dari biasanya, mengenakan baju lebih bagus dari biasanya, memakai wewangian dan melayani Abu Thalhah. Setelah Abu Thalhah merasa kenyang dan puas, di akhir malam Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian ketika mereka mengambil titipan tersebut, maka bolehkah keluarga tersebut menolaknya?” Abu Thalhah menjawab, “Tentu saja tidak boleh.” Kemudian wanita mukminah ini berkata lagi, “Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?” Abu Thalhah berkata, “berarti mereka tidak adil”. Ummu Sulaim lalu berkata, “Sesungguhnya anakmu adalah titipan Allah dan Allah telah mengambilnya kembali, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalnya anakmu.”

Abu Thalhah tak kuasa menahan marah, dan beliau berkata berulang-ulang “Kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?” Sampai akhirnya beliau mengucap, “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” lalu bertahmid hingga jiwanya tenang.
sejak malam itu barakah benar - benar meliputi diri abu talhah. Dia kemudiam memiliki sepuluh orang anak yang semuanya hafal al-Qur'an dan meninggal di jalan allah.
Allah memberikan barakah itu karena kesabaran Ummu sulaim dan doa rasulullah. Semoga Allah merahmati ummu sulaim dan suami nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar